ceritabokep17tahun
New member
Aku sekarang tinggal di ibu kota, bekerja di suatu perusahaan telekomunikasi asing di kawasan Sudirman. Kisahku ini terjadi ketika aku masih 17 tahun, kelas dua SMA di kota Y. Aku tinggal di suatu kampung di pinggiran kota Y. Di samping rumahku tinggal keluarga kecil dengan dua anak yang masih kecil-kecil. Kebetulan keluarga ini masih famili dengan keluargaku tepatnya masih adik sepupu dengan Ibuku. Paklikku bekerja sebagai kepala sekolah SMP di kota. Setiap hari, beliau sudah pergi bekerja pagi-pagi sekali, dan pulangnya juga sudah sore, karena jauhnya tempat bekerja. Kasihan juga!
Bulikku (tanteku) bekerja di Puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah. Bulikku ini orangnya ramah, supel, dan cukup manis. Sudah lama aku membayangkan dapat tidur dengannya, tapi itu cuma impian semata. Kalau ingat dia pasti aku langsung onani.
Tiap pagi Bulik menyapu halaman belakang , aku pun demikian. Suatu pagi kami dapat bersama beberapa saat di halaman belakang ketika kami sama-sama lagi menyapu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar. Bulikku ini nakal juga pikirku. Dia pake kaus oblong warna putih, dan nggak pake beha, ahh. Aku ereksi habis waktu itu. Dengan nakal Bulik memperhatikan selangkanganku, begitu juga aku meperhatikan dadanya yang membusung itu.
Tampak jelas putting susunya yang berwarna coklat itu. Koq ngaceng, kenapa sih Mas. Bulikku kalau manggil aku pake panggilan Mas, karena anaknya juga begitu kalo panggil aku. Dengan malu-malu aku jawab, Habis Bulik nggak pake beha, jadinya kelihatan itunya. Mendadak aku dipanggil ibuku, karena sudah siang dan aku harus berangkat sekolah. Buru-buru aku mandi, dan nggak lupa colai, enaakkk. Oh Bulikku, biarkan aku mengulum susumu yang montok itu, begitu imajinasiku tiap hari. Tapi nggak ada keberanian untuk itu.
Pada akhir semester ganjil Paklik pergi bertamasya ke Bandung, mengantar anak didiknya. Bulik tidak ikut karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Wah ini
kesempatan besar buatku, begitu pikirku, Paklik nggak ada, aku juga libur, ahaa
Aku sudah susun rencana. Aku akan pura-pura main ke rumah Bulik buat baca koran,
maklum rumahku nggak langganan koran. Pagi itu Bapak Ibuku pergi ke Rumah kakakku, buat nengok cucunya, wah makin asyik aja nih.
Bolak-balik aku baca koran, nggak ada berita yang menarik, habis pikiranku sudah nggak di koran lagi. Bulikku lewat didepanku, membawa sabun dan perlengkapan mandi, mau mandi kayaknya. Aku jadi nggak karu-karuan waktu itu.
Pingin rasanya aku ngintip, tapi takut ketahuan. Lalu aku lanjutkan baca koran. Mendadak Bulikku memanggil aku dari kamar mandi. Mas, tolong ambilkan handuk di kamar Bulik, ya. Yessssss, aku langsung berjingkat ke kamar Bulik dan mendapatkan
handuk di balik pintu kamar.
Kamar Bulik harum sekali dan bersih bukan main, semua perabot tertata rapi, dan spreinya tampak tertata dengan baik. Aku langsung ke kamar mandi membawakan handuk. Bulik membuka pintu kamar mandi sedikit saja, aku jadi penasaran. Handuk aku berikan. Deg degan juga aku.
Waktu handuk sudah di tangan Bulik, aku mematung memandangi Bulikku yang terlihat
sebagian. Kenapa Mas, tanya Bulikku,. Aku terkaget, napasku agak sesak. Dengan
keberanian yang cuman sedikit aku baranikan ngomong. Aku pingin, aku pingin Bulik. Bulik tahu apa yang aku maksud, dia tertegun beberapa saat.
Lalu pintu ditutup dan sebentar kemudian Bulik keluar dari kamar mandi dengan handuk membalut tubuhnya. Mlongo saja aku, malu campur napsu. Bulik menuju ke kamar tidur buat ganti baju, karena hari sudah siang dan harus segera berangkat kerja.
Aku dipanggil ke kamar Bulik. Aku nurut saja. Bulik sudah berganti dengan pakaian kerja. Kenapa kamu punya pikiran mau tidur sama Bulikmu ini. Aku sayang sama Bulik, Bulik cantik, seksi. Dia tersenyum dan ketawa kecil. Sesaat kemudian suasana jadi hening. Bulik membisu.
Bulik bilang, Aku juga pingin Mas, sudah lama Paklikmu tidak pernah tidur sama Bulik, sudah hampir satu tahun. Aku pegang tangan Bulik, diam saja, aku remas-remas tangannya, tetap diam saja. Tanpa ba bi bu lagi kami sudah berpagutan, saling melepas keinginan yang sudah lama tertahan.
Aku ciumi bibir Bulikku dengan nafsu kesetanan. Bulik membalas dengan gelora asmara yang sudah lama tertahan. Kami bergumul di lantai beberapa saat, aku ciumi lehernya, kupingnya, ahhhh
Mas, aku pingin. Bulik membuka baju kerjanya, Behanya aku yang lepas. Dua gunung kembar menanti remasanku, langsung saja tanganku meremas susu sebelah kiri, dan aku sedot yang sebelah kanan. Bulik menggeliat nggak karuan. Bulik mendesah agak keras,
ahhhhhhh ahhAku bilang jangan terlalu keras, nanti didengar tetangga.
Aku sudah nggak tahan lagi, maklum pertama kali. Rok Bulik aku lepas dari belakang. Bulik tinggal pake CD warna krem. Aku juga segera telanjang. Aku lepas semua pakaianku, berikut CDku aku lepas, Bulik terkaget melihat penisku yang sudah cukup besar.
LANJUTANNYA
Bulikku (tanteku) bekerja di Puskesmas yang tidak terlalu jauh dari rumah. Bulikku ini orangnya ramah, supel, dan cukup manis. Sudah lama aku membayangkan dapat tidur dengannya, tapi itu cuma impian semata. Kalau ingat dia pasti aku langsung onani.
Tiap pagi Bulik menyapu halaman belakang , aku pun demikian. Suatu pagi kami dapat bersama beberapa saat di halaman belakang ketika kami sama-sama lagi menyapu. Kami ngobrol-ngobrol sebentar. Bulikku ini nakal juga pikirku. Dia pake kaus oblong warna putih, dan nggak pake beha, ahh. Aku ereksi habis waktu itu. Dengan nakal Bulik memperhatikan selangkanganku, begitu juga aku meperhatikan dadanya yang membusung itu.
Tampak jelas putting susunya yang berwarna coklat itu. Koq ngaceng, kenapa sih Mas. Bulikku kalau manggil aku pake panggilan Mas, karena anaknya juga begitu kalo panggil aku. Dengan malu-malu aku jawab, Habis Bulik nggak pake beha, jadinya kelihatan itunya. Mendadak aku dipanggil ibuku, karena sudah siang dan aku harus berangkat sekolah. Buru-buru aku mandi, dan nggak lupa colai, enaakkk. Oh Bulikku, biarkan aku mengulum susumu yang montok itu, begitu imajinasiku tiap hari. Tapi nggak ada keberanian untuk itu.
Pada akhir semester ganjil Paklik pergi bertamasya ke Bandung, mengantar anak didiknya. Bulik tidak ikut karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Wah ini
kesempatan besar buatku, begitu pikirku, Paklik nggak ada, aku juga libur, ahaa
Aku sudah susun rencana. Aku akan pura-pura main ke rumah Bulik buat baca koran,
maklum rumahku nggak langganan koran. Pagi itu Bapak Ibuku pergi ke Rumah kakakku, buat nengok cucunya, wah makin asyik aja nih.
Bolak-balik aku baca koran, nggak ada berita yang menarik, habis pikiranku sudah nggak di koran lagi. Bulikku lewat didepanku, membawa sabun dan perlengkapan mandi, mau mandi kayaknya. Aku jadi nggak karu-karuan waktu itu.
Pingin rasanya aku ngintip, tapi takut ketahuan. Lalu aku lanjutkan baca koran. Mendadak Bulikku memanggil aku dari kamar mandi. Mas, tolong ambilkan handuk di kamar Bulik, ya. Yessssss, aku langsung berjingkat ke kamar Bulik dan mendapatkan
handuk di balik pintu kamar.
Kamar Bulik harum sekali dan bersih bukan main, semua perabot tertata rapi, dan spreinya tampak tertata dengan baik. Aku langsung ke kamar mandi membawakan handuk. Bulik membuka pintu kamar mandi sedikit saja, aku jadi penasaran. Handuk aku berikan. Deg degan juga aku.
Waktu handuk sudah di tangan Bulik, aku mematung memandangi Bulikku yang terlihat
sebagian. Kenapa Mas, tanya Bulikku,. Aku terkaget, napasku agak sesak. Dengan
keberanian yang cuman sedikit aku baranikan ngomong. Aku pingin, aku pingin Bulik. Bulik tahu apa yang aku maksud, dia tertegun beberapa saat.
Lalu pintu ditutup dan sebentar kemudian Bulik keluar dari kamar mandi dengan handuk membalut tubuhnya. Mlongo saja aku, malu campur napsu. Bulik menuju ke kamar tidur buat ganti baju, karena hari sudah siang dan harus segera berangkat kerja.
Aku dipanggil ke kamar Bulik. Aku nurut saja. Bulik sudah berganti dengan pakaian kerja. Kenapa kamu punya pikiran mau tidur sama Bulikmu ini. Aku sayang sama Bulik, Bulik cantik, seksi. Dia tersenyum dan ketawa kecil. Sesaat kemudian suasana jadi hening. Bulik membisu.
Bulik bilang, Aku juga pingin Mas, sudah lama Paklikmu tidak pernah tidur sama Bulik, sudah hampir satu tahun. Aku pegang tangan Bulik, diam saja, aku remas-remas tangannya, tetap diam saja. Tanpa ba bi bu lagi kami sudah berpagutan, saling melepas keinginan yang sudah lama tertahan.
Aku ciumi bibir Bulikku dengan nafsu kesetanan. Bulik membalas dengan gelora asmara yang sudah lama tertahan. Kami bergumul di lantai beberapa saat, aku ciumi lehernya, kupingnya, ahhhh
Mas, aku pingin. Bulik membuka baju kerjanya, Behanya aku yang lepas. Dua gunung kembar menanti remasanku, langsung saja tanganku meremas susu sebelah kiri, dan aku sedot yang sebelah kanan. Bulik menggeliat nggak karuan. Bulik mendesah agak keras,
ahhhhhhh ahhAku bilang jangan terlalu keras, nanti didengar tetangga.
Aku sudah nggak tahan lagi, maklum pertama kali. Rok Bulik aku lepas dari belakang. Bulik tinggal pake CD warna krem. Aku juga segera telanjang. Aku lepas semua pakaianku, berikut CDku aku lepas, Bulik terkaget melihat penisku yang sudah cukup besar.
LANJUTANNYA